BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

.::Ahlan Wasahlan::.

Tuesday, December 29, 2009

12.00 tengah malam 1/1/2010..

Berdentum-dentam bunyi mercun kononnya tanda permulaan bagi tahun baru masehi. Begitulah saban tahun apabila tibanya tahun baru. Semacam menjadi budaya masyarakat Malaysia apabila tibanya tahun baru maka akan diadakan sambutan tandanya kita telah mengorak langkah memasuki tahun baru.


Bukan itu sahaja, terdapat pelbagai pihak sanggup menjadi penaja kepada sambutan tahun baru ni. Konsert (Gambar diatas antara salah satu konsert dalam berjuta konsert didunia), perlumbaan kereta bermula jam 12, karnival, sukaneka, letupan mercun, berpesta, berdansa, arak, zina, rogol, rompak, rempit, gaduh, merosakkan harta benda awam dan macam2 lagilah perkara yang berlaku untuk sampai kepada kemuncaknya (12 tengah malam). Paling ramai buat benda2 macam tu orang Melayu yang tertera di IC masing2 beragama Islam. Negara Islam contohkah kita?? Tepuk dada tanya iman kita.

Pada malam tahun baru mat rempit ditugaskan menjadi pengawal lalu lintas dan mereka diberi kain pelikat sahaja sebagai petugas


Botol arak bersepah2 dimerata-rata tempat.. Dan2 je ade botol milo kat situ..

Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi’ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi’ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat mahupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.

Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah s.a.w untuk meminta fatwa kerana ia telah bernazar memotong haiwan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi s.a.w menanyakan kepadanya (yang ertinya) : "Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi bersabda, “Tepatillah nazarmu, kerana sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nazar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”
[Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja maka pelbagai golongan dari salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbezaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, kerana dia telah mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran.


Segolongan ulama mengatakan. “Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya), maka seolah-olah dia menyembelih babi”. Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Siapa yang mengikuti negera-negara ‘ajam (non Islam) dan melakukan perayaan Nairuz dan Mihrajan serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertaubat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat.

Bagaimanakah sikap umat Islam yang semestinya apabila tibanya hari2 kebesaran mereka seperti Hari Natal, sambutan tahun baru dll?

Berikut nasihat dari Komisi Tetap Saudi Arabia.

Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih berusaha memadamkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan umat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah. Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta’ala di dalam firmanNya, diantaranya, yang ertinya: “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, kerana dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. SesungguhNya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. 2:109)

Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus) iaini dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan boleh diperingati oleh siapa saja. Oleh karena itu, Komisi Tetap Urusan Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi telah memberikan fatwa berkenaan dengan sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap muslim terhadap hari-hari besar orang kafir. Secara garis besar fatwa yang dimaksud adalah:

Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nasara menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peritiwa yang terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan, dan ini sangat tampak di dalam perayaan milenium baru (tahun 2000 lalu), dan sebagian besar orang sangat sibuk memperingatinya, tak terkecuali sebagian saudara kita -kaum muslimin- yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.


Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran secara syar’i seperti: Seruan ke arah persatuan agama dan persamaan antara Islam dengan agama lain. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya boleh jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran. Ini merupakan salah satu cara dan siasat untuk menjauhkan umat Islam dari tuntunan agamanya, sehingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.

Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang sohih tentang larangan meniru sikap dan perilaku orang kafir yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka, termasuk di dalam hal ini adalah Eid atau hari besar mereka. Eid di sini mencakup segala sesuatu baik hari atau tempat yang diagung-agungkan secara rutin oleh orang kafir, tempat di situ mereka berkumpul untuk mengadakan acara keagamaan, termasuk juga di dalam hal ini adalah amalan-amalan yang mereka lakukan. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.

Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahawa hari raya orang kafir seperti tahun baru (masehi), atau milenium baru sebagai waktu penuh berkat (hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam langkah hidup dan bekerja, diantaranya adalah seperti melakukan akad nikah, memulakan bisnes, pembukaan projek2 baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan keistimewaan di atas hari-hari yang lain.

Dari huraian di atas, maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mengakui Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul untuk ikut merayakan hari besar yang tidak ada asalnya di dalam Islam, tidak boleh menghadiri, bergabung dan membantu terselenggaranya acara tersebut.Karena hal ini termasuk dosa dan melanggar batasan Allah. Dia telah melarang kita untuk tolong-menolong di dalam dosa dan pelanggaran, sebagaimana firman Allah, (yang artinya) : “Dan tolong-menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. 5:2)

Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, kerana ini menunjukkan sikap rela terhadapnya di samping memberikan rasa gembira di hati mereka. Berkaitan dengan ini, Ibnul Qayim rahimahullah pernah berkata, “Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus orang kafir sudah disepakati kaharamannya seperti memberi ucapan selamat atas hari raya mereka, puasa mereka dengan mengucapkan, “Selamat hari raya (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjeru-mus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib. Bahkan di hadapan Allah, hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kapada peminum khamar, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan banyak sekali orang Islam yang tidak memahami ajaran agamanya, akhirnya terjerumus ke dalam hal ini, ia tidak menyedari betapa besar keburukan yang telah ia lakukan. Dengan demikian, barang siapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, kebid’ahan dan lebih-lebih kekufuran, maka ia akan berhadapan dengan murka Allah”. Demikian ucapan beliau rahimahullah!


(Dinukil dari Fatwa Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi tentang Perayaan Milenium Baru tahun 2000.

Tertanda
Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh
Anggota: Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Ghadyan, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syakh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)

(Dikutip dari terjemah Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid, Penulis Dr Shalih bin Fauzan)

Sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=384


0 comments:

Related Posts with Thumbnails